Rasanya sudah tidak sabar kita menunggu hari raya idul fitri,ya emang tinggal menghitung hari 
memang,kali ini saya mau bernostalgia tentang sejarah islam di negara kita ini,
yups,WALI SONGO,pada pekan ini saya mau ngebahas sejarah2 tentang wali2 kita,cekiddoottt breewww....
Sunan Gunung Jati
1.       Asal Usul Sunan Gunung Jati

Dalam usia yang begitu muda Syarif Hidayatullah ditinggal mati oleh ayahnya. Ia ditunjuk untuk menggantikan kedudukannya sebagai Raja Mesir tapi anak yang masih berusia dua puluh tahun itu tidak mau. Dia dan ibunya bermaksud pulang ke tanah jawa berdakwah di Jawa Barat. Kedudukan ayahnya itu kemudian diberikan kepada adiknya yaitu Syarif Nurullah.
Sewaktu
 berada di negeri Mesir Syarif Hidayatullah berguru kepada beberapa ulam
 besar didaratan timur tengah. Dalam usia muda itu ilmunya sudah sangat 
banyak, maka ketika pulang ke tanah leluhurnya yaitu Jawa ia tidak 
merasa kesulitan melakukan dakwah.
2.       Perjuangan Sunan Gunung Jati
Sering
 kali terjadi kerancuan antara nama Fatahillah dengan Syarif 
Hidayatullah yang bergelar Sunan Gunung Jati. Orang menganggap 
Fatahillah dan Syarif Hidayatullah adalah satu, tetapi yang benar adalah
 dua orang. Syarif Hidayatullah cucu Raja Pajajaran adalah seorang 
penyebar Islam di Jawa Barat yang kemudian disebut Sunan Gunung Jati. 
Sedangkan Fatahillah adalah seorang pemuda Pasai yang dikirim Sultan 
Trenggana membantu Sunan Gunung Jati berperang melawan Portugis. Bukti 
bahwa Fatahillah bukan Sunan Gunung Jati adalah makam dekat Sunan Gunung
 Jati yang ada tulisan Tubagus Pasai adalah Fathullah atau Fatahillah 
atau Faletehan menurut Lidah Orang Portugis......
Syarif
 Hidayatullah dan ibunya Syarifah Muda’im datang ke negeri Caruban 
Larang Jawa Barat pada tahun 1475 sesudah mampir dahulu di Gujarat dan 
Pasai untuk menambah pengalaman. Kedua orang itu disambut gembira oleh 
Pangeran Cakrabuana dan keluarganya. Syekh Datuk Kahfi sudah wafat, guru
 Pangeran Cakrabuana dan Syarifah Muda’im itu dimakamkan di Pasambangan.
 Dengan alasan agar selalu dekat dengan makam gurunya. Syarifah Muda’im 
minta diizinkan tinggal di Pasambangan atau Gunung Jati.
Syarifah
 Muda’im dan puteranya Syarif Hidayatullah meneruskan usaha Syekh Datuk 
Lahfi. Sehingga kemudian hari Syarif Hidayatullah terkenal sebagai Sunan
 Gunung Jati. Tibalah saat yang ditentukan, pangeran Cakrabuana 
menikahkan anaknya yaitu Nyi Pakungwati dengan Syarif Hidayatullah. 
Selanjutnya yaitu pada tahun 1479 karena usia lanjut pangeran Cakrabuana
 menyerahkan kekuasaan negeri Caruban kepada Syarif Hidayatullah dengan 
gelar Susuhan yaitu orang yang dijunjung tinggi.
Disebutkan,
 pada tahun pertama pemerintahannya Syarif Hidayatullah berkunjung ke 
Pajajaran untuk mengunjungi kakeknya yaitu Prabu Siliwangi. Sang Prabu 
diajak masuk Islam kembali tetapi tidak mau. Meski Prabu Siliwangi tidak
 mau masuk Islam, dia tidak menghalangi cucunya menyiarkan agama Islam 
di wilayah Pajajaran.
Syarif
 Hidayatullah kemudian melanjutkan perjalanannya ke Serang. Penduduk 
Serang sudah ada yang masuk Islam dikarenakan banyaknya saudagar dari 
Arab dan Gujarat yang sering singgah ke tempat itu. Kedatangan Syarif 
Hidayatullah disambut baik oleh Adipati Banten. Bahkan Syarif 
Hidayatullah dijodohkan dengan puteri Adipati Banten yang bernama Nyi 
Kawungten. Dari perkawinannya inilah kemudian Syarif Hidayatullah 
dikaruniai dua orang putera yaitu Nyi Ratu Winaon dan Pangeran 
Sebakingking. Dalam menyebarkan agama Islam di tanah jawa, Syarif 
Hidayatullah atau Sunan Gunung Jati tidak bekerja sendirian, beliau 
sering bermusyawarah dengan anggota para wali  lainnya di mesjid Demak. 
Bahkan disebutkan beliau juga membantu berdirinya mesjid Demak.
Dari
 pergaulannya dengan Sultan Demak dan para wali lainnya ini akhirnya 
Syarif Hidayatullah mendirikan Kesultanan Pakungwati dan ia 
memploklamirkan diri sebagai raja yang pertama dengan gelar Sultan. 
Dengan berdirinya Kesultanan tersebut Cirebon tidak lagi mengirim upeti 
kepada Pajajaran yang biasanya disalurkan lewat Kadipaten Galuh.
Dengan
 bergabungnya prajurit dan perwira pilihan ke Cirebon maka makin 
bertambah besarlah pengaruh Kesultanan Pakungwati. Daerah-daerah lain 
seperti: Surakanta, Japura, Wanagiri, Telaga dan lain-lain menyatakan 
diri menjadi wilayah Keslutanan Cirebon. Lebih-lebih dengan diperluasnya
 Pelabuhan Muara Jati, makin bertambah besarlah Kasultanan Cirebon. 
Banyak pedagang besar dari negeri asing datang menjalin persahabatan. 
Diantaranya dari negeri Tiongkok. Salah seorang keluarga istana Cirebon 
kawin dengan pembesar dari negeri Cina yang berkunjung ke Cirebon yaitu 
Ma Huan. Maka jalinan antara Cirebon dan negeri Cina makin erat.
Bahkan
 Sunan Gunung Jati pernah diundang ke negeri Cina dan kawin dengan 
puteri Kaisar Cina bernama puteri Ong Tien. Kaisar Cina pada saat itu 
dari dinasti Ming juga beragama Islam. Dengan perkawinan itu sang Kaisar
 ingin menjalin erat hubungan baik antara Cirebon dan negeri Cina, hal 
ini ternyata menguntungkan bangsa Cina untuk dimanfaatkan dalam dunia 
perdagangan.
Sesudah
 kawin dengan Sunan Gunung Jati, puteri Ong Tien diganti namanya menjadi
 Nyi Ratu Rara Semanding. Kaisar ayah puteri Ong Tien ini membekali 
puterinya dengan harta benda yang tidak sedikit. Sebagian besar 
barang-barang peninggalan puteri Ong Tien yang dibawa dari negeri Cina 
itu sampai sekarang masih ada dan tersimpan di tempat yang aman. Istana 
dan Mesjid Cirebon kemudian dihiasi lagi dengan motif-motif hiasan 
dinding dari negeri Cina.
Mesjid
 Agung Sang Ciptarasa dibangun pada tahun 1980 atas prakarsa Nyi Ratu 
Pakungwati atau isteri Sunan Gunung Jati. Dari pembangunan mesjid itu 
melibatkan banyak pihak, diantaranya Wali Songo dan sejumlah tenaga ahli
 yang dikirim oleh Raden Patah. Dalam pembangunan itu Sunan Kalijaga 
mendapat penghormatan untuk mendirikan Soko Tatal sebagai lambang 
persatuan umat. Selesai membangun mesjid, diteruskan dengan membangun 
jalan raya yang menhubungkan Cirebon dengan daerah-daerah Kadipaten 
lainnya untuk memperluas pengembangan Islam diseluruh tanah pasundan. 
Prabu Siliwangi hanya bisa menahan diri atas perkembangan wilayah 
Cirebon yang semakin luas itu. Bahkan wilayah Pajajaran sendiri sudah 
semakin terhimpit.
Pathak
 Warak menyumpah-nyumpah, hatinya marah sekali diperlakukan seperti itu.
 Apalagi dilihatnya para tamu undangan menertawakan kekonyolan itu, 
diapun semakin malu. Hampir saja Roroyono ditamparnya kalau tidak ingat 
bahwa gadis itu adalah puteri gurunya.
Pada
 tahun 1511 Malaka diduduki oleh bangsa Portugis. Selanjutnya mereka 
ingin memperluas kekuasaannya ke pulau jawa. Pelabuhan sunda kelapa yang
 jadi incaran mereka untuk menancapkan kuku penjajahan. Demak Bintoro 
tahu bahaya besar yang mengancam kepulauan nusantara. Oleh karena itu 
Raden Patah mengirim adipati Unus atau Pangeran Sabrang Lor untuk 
menyerang Portugis di Malaka. Ada salah seorang pejuang Malaka yang ikut
 ke tanah jawa yaitu Fatahillah. Ia bermaksud meneruskan perjuangannya 
di tanah jawa. Dan dimasa Sultan Trenggana ia diangkat menjadi panglima 
perang.
Pengalaman
 adalah guru yang terbaik, dari pengalamannya bertempur di Malaka 
tahulah Fatahillah titik-titik lemah tentara dan siasat Portugis. Itu 
sebabnya dia dapat memberi komando dengan tepat dan setiap serangan 
Demak-Cirebon selalu membawa hasil gemilang. Akhirnya Portugis dan 
Pajajaran kalah, Portugis kembali ke Malaka, sedang tentara Pajajaran 
cerai berai tak menentuk arahnya.
Selanjutnya
 Fatahillah ditugaskan mengamankan Banten dari gangguan para pemberontak
 yaitu sisa-sisa pasukan Pajajaran. Usaha ini tidak menemui kesulitan 
karena Fatahillah dibantu putera Sunan Gunung Jati yang bernama Pangeran
 Sebakingking. Dikemudian hari Pangeran Sebakingking ini menjadi 
penguasa Banten dengan gelar Pangeran Hasanuddin.
Kurang
 lebih sekitar tahun 1479, Sunan Gunung Jati pergi ke daratan Cina dan 
tinggal didaerah Nan King. Di sana ia digelari dengan sebutan Maulana Insanul Kamil.
Daratan
 Cina sejak lama dikenal sebagai gudangnya ilmu pengobatan, maka 
disanalah Sunan Gunung Jati juga berdakwah dengan jalan memanfaatkan 
ilmu pengobatan. Beliau menguasai ilmu pengobatan tradisional. Disamping
 itu , pada setiap gerakan fisik dari ibadah Sholat sebenarnya merupakan
 gerakan ringan dari terapi pijat atau akupuntur, terutama bila 
seseorang mau mendirikan Sholat dengan baik, benar lengkap dengan amalan
 sunah dan tuma’ninahnya. Dengan mengajak masyarakat Cina agar tidak 
makan daging babi yang mengandung cacing pita, dan giat mendirikan 
sholat lima waktu, maka orang yang berobat kepada Sunan Gunung Jati 
banyak yang sembuh sehingga nama Gunung Jati menjadi terkenal di seluruh
 daratan Cina.
Di
 negeri naga itu Sunan Gunung Jati berkenalan dengan Jenderal Ceng Ho 
dan sekretaris kerajaan bernama Ma Huan, serta Feis Hsin, ketiga orang 
ini sudah masuk Islam. Pada suatu ketika Sunan Gunung Jati berkunjung ke
 hadapan kaisar Hong Gie, pengganti kaisar Yung Lo dengan puteri kaisar 
yang bernama Ong Tien. Menurut versi lain yang mirip sebuah legenda, 
sebenarnya kedatangan Sunan Gunung Jati di negeri Cina adalah karena 
tidak sengaja. Pada suatu malam, beliau hendak melaksanakan sholat 
tahajjud. Beliau hendak sholat di rumah tetapi tidak khusu’ lalu beliau 
sholat di mesjid, di mesjid juga belum khusu’. Beliau heran padahal bagi
 para wali, sholat tahajjud itu adalah kewajiban yang harus dilaksanakan
 dengan sebaik-baiknya. Kemudian Sunan Gunung Jati sholat diatas perahu 
dengan khusu’. Bahkan dapat tidur dengan nyenyak setelah sholat dan 
berdo’a.
Ketika
 beliau terbangun beliau merasa kaget. Daratan pulau jawa tidak nampak 
lagi. Tanpa sepengetahuannya beliau telah dihanyutkan ombak hingga 
sampai ke negeri Cina. Di negeri Cina beliau membuka praktek pengobatan.
 Pendudu Cina yang berobat disuruhnya melaksanakan sholat. Setelah 
mengerjakan sholat mereka sembuh. Makin hari namanya makin terkenal, 
beliau dianggap sebagai sinshe yang berkepandaian tinggi terdengar oleh 
kaisar. Sunan Gunung Jati dipanggil keistana, kaisar hendak menguji 
kepandaian Sunan Gunung Jati sebagai tabib dia pasti dapat mengetahui 
mana seorang yang hamil muda atau belum hamil.
Dua
 orang puteri kaisar disuruh maju. Seorang diantara mereka sudah 
bersuami dan sedang hamil muda atau baru dua bulan. Sedang yang seorang 
lagi masih perawan namun perutnya diganjal dengan bantal sehingga nampak
 seperti orang hamil. Sementara yang benar-benar hamil perutnya masih 
kelihatan kecil sehingga nampak seperti orang yang belum hamil. Hai 
tabib asing, mana diantara puteriku yang hamil? Tanya kaisar.
Sunan Gunung Jati diam sejenak. Ia berdoa kepada Tuhan.
Hai orang asing mengapa kau diam? Cepat kau jawab! Teriak kaisar Cina.
Dia!
 Jawab Sunan Gunung Jati sembari menunjuk puteri Ong Tien yang masih 
Perawan. Kaisar tertawa terbahak-bahak mendengar jawaban itu. Demikiann 
pula seluruh balairung istana kaisar.
Namun kemudian tawa mereka terhenti, karena puteri Ong Tien menjerit keras sembari memegangi perutya.
Ayah! Saya benar-benar hamil.
Maka
 gemparlah seisi istana. Ternyata bantal diperut Ong Tien telah lenyap 
entah kemana. Sementara perut puteri cantik itu benar-benar membesar 
seperti orang hamil.
Kaisar
 menjadi murka. Sunan Gunung Jati diusir dari daratan Cina. Sunan Gunung
 Jati menurut, hari itu juga ia pamit pulau ke pulau jawa. Namun puteri 
Ong Tien ternyata terlanjur jatuh cinta kepada Sunan Gunung Jati maka 
dia minta kepada ayahnya agar diperbolehkan menyusul Sunan Gunung Jati 
ke pulau Jawa.
Kaisar
 Hong Gie akhirnya mengijinkan puterinya menyusul Sunan Gunung Jati ke 
pulau Jawa. Puteri Ong Tien dibekali harta benda dan barang-barang 
berharga lainnya seperti bokor, guci emas dan permata. Puteri cantik itu
 dikawal oleh tiga orang pembesar kerajaan yaitu Pai Li bang seorang 
menteri negara. Lie Guan Chang dan Lie Guan Hien. Pai Li Bang adalah 
salah seorang murid Sunan Gunung Jati tatkala beliau berdakwah di Cina.
Dalam
 pelayarannya ke pulau jawa, mereka singgah di kadipaten Sriwijaya. 
Begitu mereka datang para penduduk menyambutnya dengan meriah sekali. 
Mereka merasa heran.
Ada apa ini? Pai Li Bang bertanya kepada tetua masyarakat Sriwijaya.
Tetua masyarakat balik bertanya. Siapa yang bernama Pai Li Bang?
Saya sendiri, jawab Pai Li Bang.
Kontan
 Pai Li Bang digotong penduduk diatas tandu. Dielu-elukan sebagai 
pemimpin besar. Dia dibawa ke istana Kadipaten Sriwijaya.
Setelah duduk dikursi Adipati, Pai Li Bang bertanya, sebenarnya apa yang terjadi?
Tetua
 masyarakat itu menerangkan. Bahwa adipati Ario Damar selaku pemegang 
kekuasaan Sriwijaya telah meninggal dunia. Penduduk merasa bingung 
mencari penggantinya, karena putera Ario Damar sudah menetap di Pulau 
Jawa. Yaitu Raden Fatah dan Raden Hasan.
Dalam
 kebingungan itulah muncul Sunan Gunung Jati, beliau berpesan bahwa 
sebentar lagi akan datang rombongan muridnya dari negeri Cina, namanya 
Pai Li Bang. Muridnya itulah yang pantas menjadi pengganti Ario Damar. 
Sebab muridnya itu adalah seorang menteri negara di negeri Cina.
Setelah
 berpesan begitu Sunan Gunung Jati meneruskan pelayarannya ke pulau 
jawa. Pai Li Bang memang muridnya. Dia semakin kagum dengan gurunya yang
 ternyata mengetahui sebelum kejadian, tahu kalau dia bakal menyusul ke 
pulau jawa. Pai Li Bang tidak menolak keinginan gurunya, dia bersedia 
menjadi adipati Sriwijaya. Dalam pemerintahannya Sriwijaya maju pesat 
sebagai kadipaten yang paling makmur dan aman. Setelah Pai Li Bang 
meninggal dunia maka nama kadipaten Sriwijaya diganti menjadi nama 
kadipaten Pai Li Bang, dalam perkembangannya karena proses pengucapan 
lidah orang Sriwijaya maka lama kelamaan kadipaten itu lebih dikenal 
dengan sebutan Palembang hingga sekarang.
Sementara
 itu puteri Ong Tien meneruskan pelayarannya hingga ke pulau jawa. 
Sampai di Cirebon dia mencari Sunan Gunung Jati, tapi Sunan Gunung Jati 
sedang berada di Luragung. Puteri itupun menyusulnya. Pernikahan antara 
puteri Ong Tien denga Sunan Gunung Jati terjadi pada tahun 1481, tapi 
sayang pada tahun 1485 puteri Ong Tien meninggal dunia. Maka jika anda 
berkunjung ke makam Sunan Gunung Jati di Cirebon jangan lah merasa heran
 disana banyak ornamen cina dan nuansa cina lainnya. Memang ornamen dan 
barang-barang antik itu berasal dari cina.
Wali
 songo selalu bermusyawarah apabila menghadapi suatu masalah pelik yang 
berkembang di masyarakat. Termasuk kebijakan dakwah yang mereka lakukan 
kepada masyarakat jawa.
Mula-mula sunan Ampel tidak setuju atas cara dakwah yang dilakukan Sunan Kalijaga dan Sunan Bonang. Namun Sunan Kudus mengajukan pedapatnya. Saya setuju dengan pendapat Sunan Kalijaga,
 bahwa adat istiadat lama yang masih bisa diarahkan kepada agama tauhid 
maka kita akan memberikannya warna Islami. Sedang adat dan kepercayaan 
lama yang jelas-jelas menjurus ke arah kemusyrikan kita tinggal sama 
sekali. Sebagai misal, gamelan dan wayang kulit, kita bisa memberinya 
warna Islam sesuai dengan selera masyarakat. Adapun tentang kekuatiran 
kanjeng Sunan Ampel, saya mempunyai keyakinan bahwa dibelakang hari akan
 ada orang yang menyempurnakannya.
Adanya
 dua pendapat yang seakan bertentangan tersbut sebanarnya mengandung 
hikmah. Pendapat Sunan Kalijaga dan Sunan Kudus ada benarnya yaitu agar 
Islam cepat diterima oleh orang jawa, dan ini terbukti, dikarenakan dua 
wali tersebut pandai mengawinkan adat istiadat lama yang dapat ditolerir
 Islam maka penduduk jawa banyak yang berbondong-bondong masuk agama 
Islam. Pada prinsipnya mereka mau menerima Islam dengan lebih dahulu dan
 sedikit  demi sedikit kemudian mereka akan diberi pengertian akan 
kebersihan tauhid dalam iman mereka.
Sebaliknya,
 adanya pendapat Sunan Ampel yang menginginkan Islam harus disiarkan 
dengan murni dan konsekuen juga mengandung hikmah kebenaran yang hakiki,
 sehingga membuat umat semakin berhati-hari menjalankan syariat agama 
secara benar dan bersih dari segala macam bid’ah. Inilah jasa Sunan 
Ampel yang sangat besar, dengan peringatan inilah beliau telah 
menyelamatkan aqidah umat agar tidak tergelincitr ke lembah musyrik.
 
No comments:
Post a Comment