Sakarin (Saccharin)
Sakarin atau zat pemanis buatan ditemukan secara tidak sengaja oleh seorang ahli kimia asal Russia bernama Constantin Fahlberg
(1850-1910). Suatu hari pada tahun 1879 setelah bekerja seharian di
dalam laboratoriumnya, beliau lupa untuk mencuci tangan. Hari itu dia
"bermain-main" dengan bahan campuran arang dan tembakau dalam rangka
meneliti kegunaannya.
Saat tiba makan malam di rumah, dia menyadari bahwa
kue rolls yang dia santap sebagai makan malam berasa manis lain dari
biasanya. Ditanyakan istrinya apakah dia memberikan gula ke kuenya, yang
dijawab tidak oleh sang istri. Kue-kue rolls tersebut berasa normal
seperti biasa bagi lidah istrinya. Fahlberg menyadari bahwa rasa manis
tersebut berasal dari tangannya dan keesokan harinya dia kembali ke
laboratoriumnya dan mulai meneliti sampai menemukan sakarin.
Alat Pendeteksi Smartdust
Smartdust adalah sebuah alat
pendeteksi mikroelektrik-mekanis yang dapat mendeteksi berbagai macam
hal seperti cahaya, temperatur, getaran, magnet, dan lain-lain.
Smartdust ditemukan saat seorang siswa doktoral University of California bernama Jamie Link, merusakkan sebuah chip silikon
yang sedang ia pelajari. Beberapa saat kemudian ia mulai menyadari
bahwa chip tersebut masih berfungsi sebagai sensor, walaupun telah
berubah menjadi kepingan-kepingan kecil.
Sensor-sensor yang berupa serpihan kecil inilah yang
kelak dinamakan smartdust dan sangat berguna sebagai alat deteksi hal
yang tidak dapat dideteksi oleh sensor konvensional, seperti mengukur
kemurnian air laut dan mendeteksi pastikel-partikel berbahaya yang ada
di udara.
Minuman Kola (Coke)
Minuman Kola ditemukan saat seorang ahli farmasi dari Atlanta bernama John Pemberton
bereksperimen untuk menciptakan obat pereda sakit kepala. Ia mencampur
segala macam bahan sehingga terciptalah apa yang kita sebut saat ini
dengan minuman kola. Pada mulanya kola dijual hanya di toko obat
menggunakan resep, dan setelah 8 tahun minuman kola mulai dijual bebas sebagai minuman yang kita kenal saat ini.
Panci Anti Lengket (Teflon)
Seorang peneliti di sebuah perusahaan kimia terkenal DuPont bernama Roy Plunkett sedang mencari bahan yang dapat digunakan untuk menggantikan CFC (chlorofluorocarbons, suatu bahan pendingin yang biasa digunakan di lemari es atau AC mobil, biasa disebut juga dengan freon). Ia memiliki teori jika ia mencampurkan sebuah senyawa bernama TFE dengan hydrochloric acid,
ia akan mendapatkan suatu zat pendingin baru yang diinginkan. Oleh
karena itu ia mengumpulkan gas TFE dalam jumlah cukup besar yang
kemudian ia pampatkan dan dinginkan dalam temperatur rendah di dalam
sebuah kaleng logam laboratorium bersama dengan hydrochloric acid agar
bereaksi.
Keesokan harinya saat ia ingin mengamati apa yang
terjadi, ia menemui bahwa gas TFE yang ia campurkan di dalam kaleng
tersebut telah hilang. Dengan kecewa dan marah ia membuka tutup kaleng
logam dan menggoyang-goyangkannya dengan keras. Dari tutup kaleng
tersebut berjatuhan serpihan-serpihan kecil berwarna putih dan licin.
Serpihan-serpihan putih ini selanjutnya ia berikan kepada peneliti lain
di Dupont untuk diteliti lebih jauh, yang di kemudian hari ternyata
menjadi bahan dasar pembuatan panci anti lengket (panci teflon).
Karet Vulkanisir
Selama bertahun-tahun Charles Goodyear
berupaya untuk dapat menemukan suatu bahan terbuat dari karet yang
tahan akan panas dan dingin. Belum pernah ada yang dapat memuaskan
keinginannya hingga suatu saat ia tanpa sengaja menumpahkan sebuah
campuran karet dan belerang (sulfur) ke atas sebuah kompor. Panas di
dalam kompor tersebut membakar hangus campuran karet dan belerangnya,
membuatnya keras akan tetapi masih cukup kenyal dan fleksibel.
Bahan inilah yang disebut dengan karet vulkanisir dan
digunakan sebagai bahan dasar untuk membuat berbagai macam benda
berguna seperti ban mobil dan sol sepatu.
Plastik
Pada awal abad ke-20, shellac (lak, semacam
bahan seperti plastik keras dan kaku) banyak digunakan dalam industri
elektronik untuk membungkus perangkat-perangkat elektronik. Bahan
shellac ini cukup mahal karena terbuat dari semacam serangga yang hanya
hidup di Asia Tenggara sehingga harus diimport. Untuk itu seorang ahli
kimia asal Belgia bernama Leo Hendrik Baekeland
(1863-1944), pada tahun 1907 melakukan penelitian untuk menciptakan
bahan alternatif shellac karena berpikiran ia akan menghasilkan banyak
uang jika dapat menjual bahan tersebut kepada industri elektronik.
Alih-alih, penelitiannya menghasilkan sebuah bahan
lentur yang dapat dibentuk dan cukup tahan akan panas. Ia memberi nama
bahan ini "Bakelite". Segera saja ia menyadari bahan Bakelite
ini memiliki banyak sekali kegunaan. Bahan plastik yang kita kenal
sekarang dan ada di mana-mana merupakan bahan turunan dari Bakelite ini.
Radioaktivitas
Pada tahun 1896 seorang ilmuwan Prancis dan seorang pemenang hadiah Nobel bernama Henri Becquerel (1852-1908) memiliki minat sangat besar akan 2 hal yaitu zat penerang alami (natural fluorescence) dan sebuah penemuan baru yang sangat heboh saat itu yaitu Sinar-X.
Ia melakukan serangkaian penelitian untuk mengetahui apakah zat
penerang alami dapat menghasilkan sinar-x setelah terjemur di bawah
sinar matahari.
Satu hal yang menjadi halangan adalah saat itu sedang
musim dingin yang artinya dia tidak memiliki sinar matahari cukup
banyak untuk melakukan penelitiannya padahal semua bahan penelitian
telah ia siapkan termasuk batu-batu uranium. Dengan maksud menyimpannya
untuk digunakan nanti setelah terdapat sinar matahari cukup banyak, ia
membungkus semua bahan penelitiannya dan memasukkannya ke dalam sebuah
lemari. Saat ia membukanya kembali, Becquerel menemukan batu-batu
uraniumnya telah meninggalkan jejaknya di atas sebuah piringan
fotografis tanpa harus terna sinar matahari terlebih dahulu. Saat itu
hal ini merupakan sesuatu yang cukup luar biasa, kemudian bekerja
bersama pasangan ilmuwan Marie dan Pierre Curie dia menelitinya lebih lanjut dan menemukan apa yang saat ini kita sebut dengan radioaktifitas.
Pewarna Kain Sintetis (Mauve)
Pada tahun 1856 seorang ahli kimia berusia 18 tahun bernama William Perkin
(1838-1907) berupaya untuk menemukan obat yang dapat menyembuhkan
malaria. Serangkaian penelitian dan percobaan ia lakukan, namun
satu-satunya yang ia hasilkan hanyalah sebuah cairan kental yang
terlihat tidak mengesankan. Setelah diamati cairan ini ternyata terlihat
cukup bagus dan diketahui kemudian bahwa ia baru saja menumukan bahan
pewarna kain sintetis yang pertama.
Pewarna sintetis yang ia temukan jauh lebih baik
daripada pewarna alami yang telah dikenal sebelumnya, memiliki warna
yang lebih cerah dan tidak luntur saat dicuci. Selain itu bahan ini
ternyata juga memiliki kegunaan lain, seorang ahli bakteri Jerman
bernama Paul Ehrlich mengembangkan bahan ini untuk menciptakan imunologi dan kemoterapi.
Alat Pacu Jantung (Pacemaker)
Alat pacu jantung ditemukan secara tidak sengaja saat seorang insinyur Wilson Greatbatch,
yang sedang bekerja membuat alat pencatat suara jantung, salah
mengambil sebuah komponen elektronik dari kotak komponennya. Saat sedang
bekerja ia membutuhkan sebuah resistor bernilai 10,000 ohm, namun ia salah mengambil sebuah resitor yang memiliki nilai tahan sebesar 1 megaohm.
Hasilnya sirkuit elektronik yang sedang ia kerjakan berdetak selama 1.8
milidetik kemudian berhenti sementara selama 1 detik sebelum mulai
berdetak kembali. Diperhatikannya pola ini mirip dengan detak jantung
manusia, dan dari sinilah alat pacu jantung kemudian ditemukan.
Penisilin (Penicillin)
Penisilin adalah obat antibiotik yang paling banyak dikonsumsi manusia. Siapa kira bahwa penisilin ditemukan saat Alexander Fleming
(1881-1955), seorang biologis dan ahli farmasi, tanpa sengaja
meninggalkan peralatan kerjanya untuk pergi berlibur. Keesokannya saat
kembali, ia menemukan sejumlah jamur (fungus) yang aneh di salah satu
ramuannya. Jamur inilah yang dikemudian hari setelah melalui penelitian
lebih lanjut disebut penisilin, suatu obat antibiotik yang paling banyak
digunakan manusia hingga saat ini.
No comments:
Post a Comment